Tuesday, July 25, 2006

Tentang Perselingkuhan


Beberapa bulan lalu saya dan istri mengikuti kajian tentang keluarga sakinah. Salah satu topik yang dibahas adalah mengenai perselingkuhan. Yang pertama adalah perselingkuhan psikologis (psychological affair) dan yang kedua perselingkuhan fisik (physical affair).

"Perselingkuhan fisik, mungkin sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi pada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang gemar mengikuti kajian Islam seperti ini," kata sang ustadz. "Walaupun bisa saja itu terjadi," lanjut beliau. Ada sebuah kasus di mana seorang ibu yang rajin mengaji dan suaminya orang terpandang di perusahaan besar di Balikpapan ini ternyata menyimpan rahasia yang kelam. Suaminya sering mengajak dia ke hotel untuk melakukan threesome (hubungan seks bertiga) dengan gigolo maupun pelacur. Apabila suaminya tidak mau maka istrinya tersebut akan dipaksa atau dipukul. Hingga kadang sang ibu tersimpuh bertahajud sementara suaminya berasyik masyuk dengan pelacur itu di kamar hotel yang sama. Na'uzubillah min dzalik.

Ini kisah nyata. Disampaikan sendiri oleh sang istri kepada ustadz. Sang ustadz pun yang kenal dengan suaminya benar-benar tak percaya bahwa orang yang sepertinya baik dan terpandang bisa melakukan itu.

Lain halnya dengan perselingkuhan psikologis. Jenis perselingkuhan ini biasanya dapat terpelihara lebih lama karena mengandung ikatan emosional yang dalam. "Saya tidak berbicara tentang orang lain, saya berbicara tentang diri saya sendiri," kata ustadz. Sebagai ustadz yang sering berceramah mengenai masalah keluarga, satu ketika datang SMS dari seorang wanita yang ingin meminta pendapat beliau. "Awalnya SMS itu hanya biasa saja, meminta advice. Tapi lama-lama, ada kerinduan juga ketika tidak ada SMS yang tiba," kata beliau.

Setelah sekian SMS, sang wanita meminta untuk bertemu. Jadilah ajang konsultasi itu dilakukan di masjid. Maksudnya agar tidak terjadi ikhtilat. "Tapi ya walaupun dilakukan di masjid yang ramai, tetap saja isi pembicaraan tersebut milik berdua khan?" lanjut ustadz. Tak dinyana, pada sebuah pertemuan sang wanita tadi menyatakan minatnya untuk menjadi istri sang ustadz. "Saya pun sebenarnya tertarik, tapi akal sehat saya mengatakan, tunggulah dulu. Saya harus memikirkan ini," lanjutnya.

Lepas pertemuan dengan sang wanita ini, ustadz pergi untuk sebuah acara lain hingga larut malam. Tidak seperti biasanya, beliau lupa membawa kunci rumah sehingga harus mengetuk pintu untuk membangunkan istri beliau. Setelah membukakan pintu, sambil masih mengantuk istri beliau bertutur, "Abi, Ummi mimpi Abi mau mengenalkan ke Ummi seorang muslimah untuk menjadi istri baru Abi. Tapi Ummi nggak suka."

Blaar..! Terperangahlah sang ustadz mendengar penuturan istrinya. Sementara sang istri melanjutkan tidurnya, ustadz tak bisa tidur. Dipandanginya wajah sang istri yang tidur pulas. Lalu ditengoknya anak-anak yang juga sedang tidur. "Nggak, nggak bisa ini. Kalaupun istri setuju, anak-anak pasti tidak akan bisa menerima," kata batin ustadz berbicara.

Maka diaturlah pertemuan terakhir terakhir dengan wanita tersebut, dan dengan halus ustadz menolak wanita itu. Sang wanita pun menangis, "Tidak apa-apa. Saya mengerti. Paling tidak saya lega karena telah mengungkapkan isi hati saya." Demikian sulitnya melenyapkan bekas kenangan itu hingga butuh 6 bulan sampai akhirnya benar-benar tidak ada lagi perasaan apapun terhadap wanita itu.

"Anda boleh tanya kepada istri saya tentang kisah ini kalau tidak percaya. Istri saya pun tahu karena setelah itu saya bercerita kepadanya," sahut ustadz. Penting untuk bersikap terbuka kepada pasangan kita agar dapat bersama-sama memecahkan masalah yang ada. Dengan mengetahui masalah yang kita hadapi, istri akan dapat membantu kita. Meluangkan waktu bersama, melakukan kegiatan bersama, dan sebagainya.

Melalui kasus tersebut, terlihat bahwa batas antara kasihan, simpati, dan cinta itu amat tipis. Tindakan awal kita untuk memicu psychological affair mungkin pada mulanya diawali dari rasa kasihan. Semakin sering kita berinteraksi maka timbul simpati. Lalu akhirnya tumbuh benih cinta.

Tak heran Allah sendiri berfirman, "Laa taqrabuz zina," jangan dekati zina. Mirip juga seperti perintah Allah kepada Nabi Adam as, "Laa taqrabu hadzihisy syajarah," jangan kamu dekati pohon itu. Mengapa dilarang untuk mendekati? Mengapa Allah tidak langsung melarang saja? Janganlah kamu berzina, misalnya. Atau memerintahkan kepada Nabi Adam as jangan kamu makan buah itu, misalnya. Karena larangan langsung akan memicu rasa keingintahuan manusia.

"Kalau tidak boleh memakan buahnya, melihat saja boleh khan?"
"Kalau tidak boleh memakan buahnya, memegang pohonnya boleh khan? Yang penting khan tidak dimakan."
"Kalau hanya membelai daunnya, boleh khan? Saya tahu tidak boleh dimakan buahnya, tapi saya hanya ingin membelai daunnya."
"Saya cuma ingin pegang buahnya koq, tidak akan saya makan. Saya tahu itu tidak boleh dimakan."
Akhirnya, hap. Habislah buah itu dimakannya.

Multiply, bisa jadi mengundang potensi ini juga. Berawal dari berbagi kisah, suka maupun duka. Berlanjut pada komentar simpatik yang diberikan. Selanjutnya, personal message dilayangkan. Akhirnya, berkembanglah simpati menjadi cinta. Jadi? Bijaksanalah dalam bersikap, dan jangan malu-malu untuk berbagi masalah kepada pasangan hidup kita, suami maupun istri. Sebelum masalah berkembang, lebih baik diselesaikan sejak dini.

[Adhika Bayu Pratyaksa-Dewi Husnul Khotimah]



9 comments:

  1. Apanya yang bahaya, Mal? Sms-nya atau multiply-nya? :)

    ReplyDelete
  2. hahahaa ya selingkuh hati itu yg bahaya... :D

    ReplyDelete
  3. khusus utk multiply, lebih baik kedua pihak(suami dan istri) sama2 punya account..:)
    terima kasih postingnya pak adhika, manfaat sekali
    *ngaca mode-on*

    ReplyDelete
  4. kalau selingkuh emang ngak boleh, tapi kalau nyari jodoh di Multiply?? gimana tuh pak?

    ReplyDelete
  5. Hhhh.... gute Idee buat yang masih jomblo kali yah? :-)
    Tapi apa tiap orang jujur waktu ngisi Profile-nya di Multiply?

    ReplyDelete
  6. terima kasih sharingnya...bermanfaat bgt

    ReplyDelete
  7. Nice sharing.. emang sebaiknya bikin warning duluan sama diri kita.. jauh2 deh dari selingkuh.. mikir ke arah sana juga mendingan jangan pernah,, bahayaaa!! :D

    ReplyDelete