Monday, July 3, 2006

[Celoteh] Ooh, Ternyata Aku Tinggal di Kalimantan


Alhamdulillah, nikmatnya tinggal di Balikpapan adalah ketenangan
suasana kota kecil yang dihiasi dengan kemudahan teknologi modern.
Istilahnya, Kalimantan itu nggak terbelakang amat, gitu loh.
Nggak jauh beda dengan Malang lah, kota tempat kami tinggal dulu. Mau
ke toko buku dekat, pusat perbelanjaan dekat, tempat kerja dekat.



Satu pagi di hari kerja telepon berbunyi. Ternyata telepon dari bapakku di Jakarta yang ingin berbicara dengan bapak mertua.

"Wah, Bapak lagi jogging Pak," jawabku.

"Lho, emang nggak kerja? Koq pagi-pagi jogging?"

"Ya, kerja. Tapi khan masih nanti. Paling berangkat jam tujuh atau tujuh seperempat."

"Haha, enak donk! Sebelum kerja masih bisa jogging."

Tahu sendiri khan suasana Jakarta. Daerah rumah orang tuaku di Ciganjur
yang dulu tempat jin buang anak pun kini selalu macet di pagi hari.
Keluar rumah jam enam lewat sedikit, pasti akan terjebak kemacetan
sampai Cilandak, Ragunan, hingga Buncit. Jadi nggak ada cerita deh, di
Jakarta bisa jogging dulu sebelum kerja.



Ada lagi satu cerita dari teman istriku. Pertama datang ke Balikpapan
dengan kapal laut. Karena ingin mencari suvenir, ia pun bertanya jalan
ke orang yang ia temui.

"Pak, kalau cari suvenir di mana ya?"

"Keluar pelabuhan aja, lalu naik taksi ke daerah Kebun Sayur. Paling cuma 15 menit."

"Selain taksi nggak bisa Pak? Nggak ada angkutan kota aja?"

Orang yang ditanya terdiam sejenak, lalu menyahut,

"Dek, di sini angkutan kota namanya taksi. Kalo mau naik taksi beneran, namanya taksi argo!"



Dalam perjalanan ke Kebun Sayur pun ia masih terheran-heran dengan
suasana Balikpapan. Sebelah kiri terhampar kilang minyak Pertamina,
sementara di kanan jalan masih hutan lebat.

"Ooh, ternyata Kalimantan itu benar-benar hutan ya?!" serunya dalam
hati. Jelas saja, karena dia melewati hutan lindung dalam Kompleks
Pertamina. Coba kalau lewat kota, pasti akan melewati kota yang hiruk
pikuknya tak kalah dengan kota ukuran menengah di Jawa.



Seorang kawan yang kini anggota legislatif di DPRD Balikpapan pun punya
cerita lain. Awal kuliah di Jakarta, teman-temannya menganggap ia
sebagai orang kaya karena setiap kali ditanya oleh temannya kendaraan
apa yang ia naiki ke kampus ia selalu menjawab taksi!

"Ke kampus naik apa San?" tanya kawannya.

"Naik taksi."



Dua bulan lalu istriku diminta untuk melakukan psikotes di Berau.
Awalnya akan naik pesawat langsung ke Berau, tapi ternyata menjelang
keberangkatan penerbangannya dibatalkan karena masalah teknis.
Terpaksalah ia terbang ke Tarakan. Penerbangan memakan waktu 2 jam.
Dari Tarakan bersama dua orang akhwat lainnya melanjutkan perjalanan ke
Tanjung Selor menggunakan speed boat kecil. Kebayang khan, 2 jam
terbanting-banting di air. Apalagi sama sekali belum pernah melewati
rute tersebut, perjalanan jadi terasa lebih lama.



Tiba di Tanjung Selor ternyata masih harus menyambung lagi dengan naik
mobil selama 2 jam untuk menuju Berau. Kondisi jalan memang mulus, tapi
naik turun bukit yang cukup tinggi. Sepanjang jalan sinar matahari
hanya masuk lewat sela-sela kanopi pohon besar lagi tinggi. Terkadang
melewati perkampungan suku Dayak. Beberapa kali melewati rombongan
beberapa orang suku Dayak membawa busur panah atau sumpit sambil
menggendong hasil buruan.



Tak sadar terucap dari mulutnya, "Ooh, ternyata aku tinggal di Kalimantan beneran ya."

Seluruh penumpang di mobil tertawa mendengar ucapannya.

30 Sept 2005



2 comments:

  1. Assalamu'alaikum wr wb
    Dik Dewi hidup jenengan terasa damai, sangat baik untuk perkembangan anak2 dalam masa pertumbuhan. Teringat Rasulullah waktu kecil, beliau hidup di desa. Semoga Hilmi, Hanif, Hisyam jadi anak penerus cita2 Rasulullah.
    Jadi pengin berkunjung ke Balikpapan nih....
    Wassalam, Anik Juniarsi

    ReplyDelete
  2. Aamin. Tapi di sini ya nggak terlalu suasana desa, mirip-mirip aja dengan Mojokerto lah :D

    ReplyDelete