Tuesday, December 19, 2006

Memaknai Hidup dengan Kerja



Siapakah di antara kita yang bukan pekerja? Apabila Anda menolak disebut sebagai seorang pekerja (mungkin karena memiliki perusahaan sendiri), maka lihatlah kolom "pekerjaan" di KTP Anda. Ya, setiap kita adalah pekerja.

Para nabi pun adalah pekerja. Selain sebagai pekerja dakwah yang mengharapkan imbalan dari Allah semata, mereka masing-masing memiliki pekerjaan sebagai wahana menghidupi keluarga. Kebanyakan dari para nabi pernah bekerja sebagai penggembala ternak, ada pula yang bekerja sebagai pedagang. Bahkan Nabi Daud yang nabi sekaligus raja pun bekerja dengan kedua tangannya. Keahlian beliau adalah sebagai pandai besi.

Mengapa kita bekerja? Hanyakah semata untuk menghidupi anak-istri kita?
Rasulullah saw bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang bermanfaat bagi manusia lain."
Kesempatan lain Beliau bersabda, "Ada dosa yang tidak dapat ditebus kecuali dengan cucuran keringat seorang hamba Allah dalam mencari nafkah."

Masihkah kita mengecilkan pekerjaan kita? Sesuai sabda Rasulullah tadi, paling tidak kita niatkan bahwa dengan bekerja, kita termasuk manusia yang baik, yang masih dapat bermanfaat bagi manusia lain. Atau bahkan, kita niatkan setiap kerja kita menafkahi keluarga sebagai wahana penebus dosa-dosa kita. Rasulullah merahasiakan dosa yang dimaksud, namun bolehlah kita berharap bahwa dengan bekerja dosa yang kita lakukan diampuni oleh Allah swt.

Satu yang selalu saya ingat, dalam kelelahan dan jemu saat bekerja adalah ucapan si sulung Hilmi, ketika usianya tak lebih dari 3 tahun. Saat itu, ketika saya dan istri hendak berangkat kerja ia menyahut.
"Bunda mau ke mana? Mau kerja ya?" celoteh Hilmi pagi itu.

"Iya Mas, Bunda mau kerja dulu. Insya Allah nanti sore kita main lagi," sahut istriku.

"Bunda kerja mau cari ridho Allah?"

Langkahku terhenti sejenak, sambil menatapnya dengan mata berkaca aku menyahut,

"Iya Mas, insya Allah Bunda akan mencari ridho Allah."

"Ayah juga? Ayah kerja? Cari ridho Allah?" tanyanya lagi.

"Iya, insya Allah," jawabku sambil memeluknya. Erat.