Tuesday, June 27, 2006

[Ide Usaha] Pengolahan Bambu



Bambu sebenarnya tanaman yang potensial sekali untuk menggantikan peran kayu dalam bangunan. Keunggulan utamanya adalah bisa dibudidayakan serta mempunyai kemampuan untuk tumbuh dengan sangat cepat. Ini berbeda dengan kayu yang memiliki waktu lama untuk tumbuh besar.

Sayangnya, di Balikpapan potensi bambu belum dimanfaatkan secara baik. Penggunaan bambu sebagai komponen rumah tradisional sangat minim apabila dibandingkan dengan daerah Jawa atau Sumatera. Mungkin karena banyaknya pohon kayu yang tumbuh di daerah Kalimantan ini. Melimpahnya kayu berukuran besar membuat bambu menjadi seakan bahan kelas dua dalam pembuatan rumah. Anggapan tersebut tidak mengherankan, karena bambu apabila tidak diawetkan jarang bertahan lama. Bambu yang tidak diawetkan sangat rentan serangan rayap, serangga bubuk kayu kering, serta jamur.

Daerah Balikpapan dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga hampir tidak mengenal musim sebenarnya juga banyak menghasilkan bambu. Namun pemanfaatannya masih sangat tradisional, seringkali bahkan tanpa pengawetan. Apabila di daerah perkotaan di Jawa bambu banyak digunakan sebagai perancah konstruksi bangunan, tidak demikian halnya dengan di Balikpapan. Bahkan untuk perancah para tukang menggunakan potongan-potongan kayu dan papan, atau paling tidak kayu gelam.

Padahal, bambu sebagai bahan konstruksi memiliki keunggulan yang tidak kalah dengan kayu biasa. Kekuatannya tinggi, fleksibel sehingga mudah untuk membuat konstruksi dengan bentuk lengkung, serta dapat dimanfaatkan untuk banyak produk olahan. Misalnya anyaman, papan bambu laminasi (seperti triplek), parket, perangkat makan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, optimalisasi bambu sebagai bahan bangunan di Balikpapan perlu diakselerasi. Salah satu caranya adalah dengan menyiapkan prasarana berupa fasilitas pengolahan atau pengawetan bambu. Fasilitas ini merupakan langkah mutlak agar bambu dapat berdaya guna dalam jangka waktu lama.

Metode pengawetan bambu di Indonesia terdiri dari pengawetan alami dan kimiawi. Untuk pengawetan alami, bambu direndam selama 4-12 minggu dalam air mengalir. Setelah itu diangkat dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Selama pengeringan bambu disimpan dalam posisi horizontal agar tidak bengkok. Metode ini kurang sesuai untuk diterapkan di Balikpapan karena Balikpapan tidak banyak memiliki aliran sungai.

Metode yang mungkin cocok untuk diterapkan di Balikpapan adalah metode kimiawi seperti pengasapan, pemanasan, serta pengecatan bambu dengan cat lapisan khusus untuk mencegah rayap. Metode pengasapan merupakan metode yang paling menarik. Metode ini banyak dipakai di daerah Amerika Selatan. Bambu diasapkan dalam posisi vertikal dengan menggunakan cairan resin bambu sehingga tidak mudah diserang rayap.

Juragan ide: Bayu

2 comments:

  1. kami punya bambu awet. super awet sampai ratusan tahun. boleh di coba hubungi 081328033449 (imam nuryanto)

    ReplyDelete
  2. mas saya mau tanya gimana agar bambu tidak tumbuh kapang

    ReplyDelete