Tuesday, July 25, 2006

[Celoteh] Hilmi's Fight

This afternoon while picking Hilmi up form school, Miss Ida, his English teacher, said to me.
"Hilmi went into a quarrel with Faiz."
"What? How could it be?" I asked. For I know, Faiz was his best friend at kindergarten. Before they join the kindergarten, the two kids often spent time playing together because Faiz's mother is my wife's best friend.

"Ah, it's okay. you know, kids stuff," Miss Ida said.
"They're alright now, already friends again. Right, Faiz?" she asked Faiz who then joined Hilmi. Her mother was next to him prepared to bring him home also.
"Hm," Faiz nodded.

I haven't got the details yet about the fight, but in my opinion, quarrels are not intended to be left alone. They need to be solved. Parents can also have the opportunity to explain Islamic wisdom through this. As a matter of fact, all events circling our children's daily life should be taken to introduce them Islamic teachings.

For example, our prophet said, "Laa taghdhob, wa lakal jannah." You must not be angry, then the paradise will be rewarded to you. This simple hadeets can be taught to our children at early age. Eventually, they will have the ability to communicate their disagreeness or dissapointment without getting angry. Simple, but may be hard for a young child.

Tentang Perselingkuhan


Beberapa bulan lalu saya dan istri mengikuti kajian tentang keluarga sakinah. Salah satu topik yang dibahas adalah mengenai perselingkuhan. Yang pertama adalah perselingkuhan psikologis (psychological affair) dan yang kedua perselingkuhan fisik (physical affair).

"Perselingkuhan fisik, mungkin sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi pada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang gemar mengikuti kajian Islam seperti ini," kata sang ustadz. "Walaupun bisa saja itu terjadi," lanjut beliau. Ada sebuah kasus di mana seorang ibu yang rajin mengaji dan suaminya orang terpandang di perusahaan besar di Balikpapan ini ternyata menyimpan rahasia yang kelam. Suaminya sering mengajak dia ke hotel untuk melakukan threesome (hubungan seks bertiga) dengan gigolo maupun pelacur. Apabila suaminya tidak mau maka istrinya tersebut akan dipaksa atau dipukul. Hingga kadang sang ibu tersimpuh bertahajud sementara suaminya berasyik masyuk dengan pelacur itu di kamar hotel yang sama. Na'uzubillah min dzalik.

Ini kisah nyata. Disampaikan sendiri oleh sang istri kepada ustadz. Sang ustadz pun yang kenal dengan suaminya benar-benar tak percaya bahwa orang yang sepertinya baik dan terpandang bisa melakukan itu.

Lain halnya dengan perselingkuhan psikologis. Jenis perselingkuhan ini biasanya dapat terpelihara lebih lama karena mengandung ikatan emosional yang dalam. "Saya tidak berbicara tentang orang lain, saya berbicara tentang diri saya sendiri," kata ustadz. Sebagai ustadz yang sering berceramah mengenai masalah keluarga, satu ketika datang SMS dari seorang wanita yang ingin meminta pendapat beliau. "Awalnya SMS itu hanya biasa saja, meminta advice. Tapi lama-lama, ada kerinduan juga ketika tidak ada SMS yang tiba," kata beliau.

Setelah sekian SMS, sang wanita meminta untuk bertemu. Jadilah ajang konsultasi itu dilakukan di masjid. Maksudnya agar tidak terjadi ikhtilat. "Tapi ya walaupun dilakukan di masjid yang ramai, tetap saja isi pembicaraan tersebut milik berdua khan?" lanjut ustadz. Tak dinyana, pada sebuah pertemuan sang wanita tadi menyatakan minatnya untuk menjadi istri sang ustadz. "Saya pun sebenarnya tertarik, tapi akal sehat saya mengatakan, tunggulah dulu. Saya harus memikirkan ini," lanjutnya.

Lepas pertemuan dengan sang wanita ini, ustadz pergi untuk sebuah acara lain hingga larut malam. Tidak seperti biasanya, beliau lupa membawa kunci rumah sehingga harus mengetuk pintu untuk membangunkan istri beliau. Setelah membukakan pintu, sambil masih mengantuk istri beliau bertutur, "Abi, Ummi mimpi Abi mau mengenalkan ke Ummi seorang muslimah untuk menjadi istri baru Abi. Tapi Ummi nggak suka."

Blaar..! Terperangahlah sang ustadz mendengar penuturan istrinya. Sementara sang istri melanjutkan tidurnya, ustadz tak bisa tidur. Dipandanginya wajah sang istri yang tidur pulas. Lalu ditengoknya anak-anak yang juga sedang tidur. "Nggak, nggak bisa ini. Kalaupun istri setuju, anak-anak pasti tidak akan bisa menerima," kata batin ustadz berbicara.

Maka diaturlah pertemuan terakhir terakhir dengan wanita tersebut, dan dengan halus ustadz menolak wanita itu. Sang wanita pun menangis, "Tidak apa-apa. Saya mengerti. Paling tidak saya lega karena telah mengungkapkan isi hati saya." Demikian sulitnya melenyapkan bekas kenangan itu hingga butuh 6 bulan sampai akhirnya benar-benar tidak ada lagi perasaan apapun terhadap wanita itu.

"Anda boleh tanya kepada istri saya tentang kisah ini kalau tidak percaya. Istri saya pun tahu karena setelah itu saya bercerita kepadanya," sahut ustadz. Penting untuk bersikap terbuka kepada pasangan kita agar dapat bersama-sama memecahkan masalah yang ada. Dengan mengetahui masalah yang kita hadapi, istri akan dapat membantu kita. Meluangkan waktu bersama, melakukan kegiatan bersama, dan sebagainya.

Melalui kasus tersebut, terlihat bahwa batas antara kasihan, simpati, dan cinta itu amat tipis. Tindakan awal kita untuk memicu psychological affair mungkin pada mulanya diawali dari rasa kasihan. Semakin sering kita berinteraksi maka timbul simpati. Lalu akhirnya tumbuh benih cinta.

Tak heran Allah sendiri berfirman, "Laa taqrabuz zina," jangan dekati zina. Mirip juga seperti perintah Allah kepada Nabi Adam as, "Laa taqrabu hadzihisy syajarah," jangan kamu dekati pohon itu. Mengapa dilarang untuk mendekati? Mengapa Allah tidak langsung melarang saja? Janganlah kamu berzina, misalnya. Atau memerintahkan kepada Nabi Adam as jangan kamu makan buah itu, misalnya. Karena larangan langsung akan memicu rasa keingintahuan manusia.

"Kalau tidak boleh memakan buahnya, melihat saja boleh khan?"
"Kalau tidak boleh memakan buahnya, memegang pohonnya boleh khan? Yang penting khan tidak dimakan."
"Kalau hanya membelai daunnya, boleh khan? Saya tahu tidak boleh dimakan buahnya, tapi saya hanya ingin membelai daunnya."
"Saya cuma ingin pegang buahnya koq, tidak akan saya makan. Saya tahu itu tidak boleh dimakan."
Akhirnya, hap. Habislah buah itu dimakannya.

Multiply, bisa jadi mengundang potensi ini juga. Berawal dari berbagi kisah, suka maupun duka. Berlanjut pada komentar simpatik yang diberikan. Selanjutnya, personal message dilayangkan. Akhirnya, berkembanglah simpati menjadi cinta. Jadi? Bijaksanalah dalam bersikap, dan jangan malu-malu untuk berbagi masalah kepada pasangan hidup kita, suami maupun istri. Sebelum masalah berkembang, lebih baik diselesaikan sejak dini.

[Adhika Bayu Pratyaksa-Dewi Husnul Khotimah]



Tuesday, July 11, 2006

Banjir di Balikpapan


Banyak warga yang nggak mau pergi dari rumahnya, walaupun banjir sudah setinggi dada orang dewasa.

Ahad 26/6/2006 sampai Rabu beberapa daerah di Balikpapan kedatangan banjir. Salah satu daerah yang terkena adalah di Gg. al-Makmur dekat PDAM Damai. Walaupun tidak sempat merekam karena kamera sedang dipinjam seorang ikhwah, kebetulan ini ada beberapa foto dari ikhwah Telkom, mas Arief. Alhamdulillah ibu-ibu DPC Selatan (kalau bapak-bapaknya nggak bisa karena kerja) sempat mengantarkan bantuan makanan ke sana.

Tuesday, July 4, 2006

Sang Kuncen Masjid Nusantara

http://bambangsb.blogspot.com
Kuncen (juru kunci) Masjid Nusantara, itu julukan yang tercantum di halaman webnya. Memang jejak penelitian beliau mengenai masjid-masjid di nusantara sudah banyak, yang paling monumental mungkin proyek CD Masjid2000. Melalui CD ini Pak Bambang Setia Budi dan Pak M. Ichsan menggalang para mahasiswa arsitektur ITB (salah satunya temanku, Uut) untuk melakukan pendataan terhadap 90.000-an masjid, untuk kemudian berhasil menyaring sekitar 120 masjid di Pulau Jawa dan menyajikannya dalam bentuk CD interaktif. Display keluasan ilmu beliau bisa dilihat di bambangsb.blogspot.com, kota-humanis.blogspot.com, serta www.bsb.in

Monday, July 3, 2006

Bina-ul Barakah

http://bina-ul-barakah.blogspot.com
Talian laman ini milik seorang kawan yang sedang studi S2 arsitektur di Jerman, Muhammar Khamdevi. Cita-citanya ingin membuat Khamdevi's Standart of Islamic Architecture, sebuah panduan standar teknis dalam merancang bangunan yang sejalan dengan prinsip Islam. (Ket: Panduan yang biasa dipakai oleh para mahasiswa arsitektur dalam merancang adalah Neufert's Standarts of Architecture.)

[Tafsir] Kajian Tafsir Ibnu Katsir

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Ust. Muslim Gunawan
disarikan dari Kajian Tafsir di Masjid Nurul Haq, Komp. Pertamina Gn. Pipa setiap malam Rabu, ba'da maghrib-isya. Narasumber: Ust. Muslim Gunawan Ilham, MA.

[Al Baqarah 125-130]


Ayat 125 menjelaskan rahasia di balik suasana aman dan tentram yang selalu tercipta di Makkah. Selain dari tingkat kejahatan yang rendah, larangan dari hadits Rasul untuk membunuh binatang dan memotong tanaman di Makkah, juga terlebih lagi adalah karena janji Allah sendiri untuk menjadikannya sebagai tempat yang aman. Juga Allah-lah yang menjadikan hati manusia untuk condong, untuk merasa ingin pergi ke Makkah. Tidak hanya pada masa sekarang saja orang ingin ke Makkah, namun sudah sejak dulu kala. Sebagaimana tergambar dalam surat Al-Fiil, penyerbuan Abrahah ke Makkah untuk menghancurkan Ka'bah adalah karena sejak dulu manusia menjadikan Makkah sebagai tempat berkumpul. Negeri Yaman tempat Abrahah berada menjadi sepi karena kafilah-kafilah dagang lebih memilih untuk datang ke Makkah.

Ayat 126 memuat do'a nabi Ibrahim agar Makkah menjadi negeri yang aman serta diberi rezeki berupa buah-buahan. Salah satu bukti dikabulkannya do'a nabi Ibrahim adalah mudahnya penduduk Makkah untuk memperoleh buah-buahan dari berbagai macam. Ust. Muslim menceritakan bagaimana teman beliau terheran-heran ketika melihat buah durian segar serta buah-buahan lain begitu melimpah di Makkah dengan kondisi segar lagi ranum. Padahal tentunya buah-buahan tersebut tidak mungkin tumbuh di Makkah dan mungkin hanya masuk dengan jalan impor.

Namun semua kemudahan serta kenikmatan tersebut bukanlah tanpa reserve. Lebih lanjut Nabi Ibrahim berdo'a, "yaitu kepada mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian." Allah pun menjawab do'a Nabi Ibrahim bahwa yang kufur hanya diberikan kenikmatan yang sedikit saja. Maka berdasarkan konteks ayat ini, dibenarkan bagi kita dalam berdoa untuk mendoakan kebaikan hanya bagi orang muslim saja. Hal yang wajar apabila kita ingin saudara kita sesama muslim mendapatkan yang terbaik, memperoleh kenikmatan yang besar, dsb. Sebagaimana kita pun pasti ingin diri kita mendapatkan yang demikian.

Ust. Muslim juga menceritakan bahwa ayat ini pun mengisyaratkan adanya orang-orang yang kufur walaupun mereka berada di Makkah. Tidak hanya pada zaman nabi Ibrahim, atau zaman ketika nabi Muhammad hidup, tapi saat ini. Mereka yang setiap harinya berjalan dalam kota yang haram dilalui oleh non muslim namun kufur, mereka yang setiap hari melihat Masjidil Haram namun tidak sholat, ini merupakan kondisi nyata yang terjadi di Makkah saat ini.

Pada ayat 127, ketika Nabi Ibrahim meninggikan Ka'bah beliau berdo'a, "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui." Pertama bahwa Ka'bah merupakan "rumah purba/baitul 'atiq" yang pondasinya telah ada sebelum zaman Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail hanya diperintahkan untuk meninggikannya sehingga membentuk bangunan. Baitul 'atiq merupakan istilah yang juga digunakan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat yang lain.

Kedua, ayat ini menggambarkan kaidah dalam berdo'a bahwa mohonlah kepada Allah setelah kita berusaha. Sebagaimana Nabi Ibrahim, setelah dia diperintahkan untuk meninggikan Ka'bah dan melaksanakannya, baru beliau berdoa memohon kepada Allah untuk menerima amal/pekerjaan beliau. Seringkali, manusia banyak berdoa meminta kepada Allah untuk memberikannya ini dan itu padahal belum ada satu upaya pun yang ia telah lakukan untuk mencapai tujuannya tersebut. Berdasarkan konteks ayat ini, kita diminta untuk berusaha, lalu berdo'a. Berikhtiar, lalu berdo'a.

Do'a lanjutan Nabi Ibrahim dalam ayat 127 dan 128 bisa kita gunakan dalam do'a sehari-hari, walaupun harus diniatkan dalam konteks yang berbeda. Misalnya, pada ayat 128 beliau berdoa, "Rabbana waj'alna muslimaini laka" artinya Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dua orang (Ibrahim dan Ismail) yagn berserah diri kepada-Mu. Kita bisa berdo'a dengan kalimat yang sama namun tentu niatnya menjadi antara kita dan istri/suami, bukan sebagai Ibrahim dan Ismail. Berdasarkan ayat 128 tergambar pula bahwa pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail juga ada syariat manasik. Tidak hanya pada masa Nabi Muhammad saja.

Ayat 129 menggambarkan keinginan Nabi Ibrahim agar ada rasul yang bisa membimbing anak cucunya. Digambarkan pula karakter rasul tersebut, bahwa ia membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan Kitab Allah dan hikmah, serta menyucikan mereka. Para mufassir menafsirkan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad SAW. Hikmah, seringkali disebutkan dalam Qur'an, maksudnya adalah sunnah. Karakter-karakter yang ada dalam ayat ini juga merupakan tolok ukur bagi kita untuk menilai suatu gerakan ke-Islaman. Gerakan yang baik adalah yang gemar mengajak jama'ahnya untuk membaca Qur'an, serta lebih lanjut mempelajari dan mengkaji ayat-ayat Allah serta sunnah Rasulullah SAW. Juga di dalamnya dilakukan pembersihan jiwa bagi jama'ahnya.

Menanggapi pertanyaan salah seorang jama'ah kajian mengenai pembersihan jiwa, ust. Muslim memaparkan beberapa kiat:
1. Melakukan ziarah kubur, tentunya ziarah kubur yang sesuai syari'at. Tidak dengan membawa sajen atau memberikan uang di kuburan atau memohon sesuatu. Ziarah kubur dalam Islam merupakan salah satu cara mengingatkan kita pada kematian, bahwa kelak kita akan mati pula dan dikuburkan seperti halnya para mayit yang telah dikubur tersebut.
2. Banyak berjalan kaki
3. Membiasakan diri untuk shaum/berpuasa
4. Memakan makanan yang sederhana, tidak berlebih-lebihan

Terakhir, mengenai ayat 130 Allah menyatakan bahwa orang yang membenci agama Ibrahim adalah orang yang memperbodoh diri sendiri. Mengapa dalam ayat ini hanya disebutkan Ibrahim, tidak lagi Ismail? Ini menggambarkan bahwa sebenarnya yang diberikan risalah oleh Allah dan diberi amanat untuk menyampaikan risalah adalah Nabi Ibrahim. Beliau adalah nabi dan rasul. Nabi Ismail hanyalah seorang nabi yang tidak membawa risalah. Nabi terkadang tidak diwajibkan untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya, memiliki kemampuan terbatas. Sebagaimana kisah Nabi Musa dan nabi Harun, ketika Nabi Musa meninggalkan kaumnya selama 40 hari dan memberikan amanah kepada nabi Harun ternyata umatnya melakukan penyimpangan. Sampai-sampai Nabi Musa menarik janggut Nabi Harun untuk menanyakan mengapa sampai kaumnya kemudian manyimpang, Nabi Harun menjawab bahwa ini di luar kemampuannya. Ia tidak mampu untuk melarang.

Allahu a'lam bish showab.

[Celoteh] Kadoku Toys, Mainan Edukasi

Di tengah banjirnya produk mainan dari Cina, alhamdulillah masih ada
produsen Indonesia yang membuat mainan edukasi berbahan kayu. Awalnya,
ketika Lebaran lalu pulang ke Jakarta kami berusaha mencari mainan
edukasi untuk Hilmi dan Hanif. Mainan yang bisa merangsang kemampuan
motorik, sensorik, dan koordinasi. Mainan yang mengajarkan pengenalan
warna dan huruf. Berhubung Haula Toys dan Sofia Toys masih tutup karena
libur Lebaran, kami pulang dengan tangan kosong.

Akhirnya
kami coba ke Toys R Us di Pasaraya Blok M. Ada sih, satu dua. Tapi
masih belum sesuai dengan yang kami harapkan. Hari Sabtu, menjelang
pulang, tak sengaja kami melihat Success Story di TV7. Kebetulan yang
dimuat adalah profil Kadoku Toys, salah satu produsen mainan edukasi
berbahan kayu. Sayang, berhubung Ahad pagi kami sudah harus kembali ke
Balikpapan kami tak sempat lagi untuk melacak alamatnya.

Berbekal
penuturan narator di Success Story yang menyatakan bahwa Kadoku Toys
juga punya website, Dhika mulai mencari di Internet. Alhamdulillah,
berhasil menemukan email Mas Dhanang, pemilik Kadoku. Alhamdulillah
juga berhasil menemukan web address Kadoku. Sayangnya, web sedang dalam
pemeliharaan. Kontak via email pun tak kunjung mendapat balasan. Selang
sekian minggu, kembali mencoba untuk akses website Kadoku,
alhamdulillah sudah bisa diakses. Namun tetap saja email tak berbalas.
Langkah terakhir, telepon ke 108 Jakarta untuk tanya nomor telepon
Kadoku. Alhamdulillah berbuah hasil.

Kebetulan
lagi, dua minggu setelah kami telepon ke Kadoku Jakarta Mas Dhanang
berkunjung ke Balikpapan atas undangan Dinas Perindustrian setempat
untuk mengisi pelatihan kewirausahaan. Selama seminggu itu kami sering
berkunjung dan Dewi pun berkesempatan untuk menjadi peserta di
pelatihan tersebut. Selama pelatihan kami melihat bahwa memang proses
produksi Kadoku benar-benar memperhatikan faktor keamanan bagi anak.
Desain yang memudahkan untuk dipegang, setiap ujung dibuat tumpul,
penggunaan cat yang tidak beracun, pemilihan warna yang menarik,
membuat produk ini memperoleh sertifikasi dari Sucofindo.

Alhamdulillah,
setelah menggunakan mainan-mainan produk Kadoku Hilmi dan Hanif pun
mengalami kemajuan pesat. Hilmi kini lebih mudah untuk mengingat
kata-kata sulit, koordinasi tangannya pun lebih cakap sehingga tak lagi
sering menumpahkan air. Dulu, air adalah musuh utamanya, setiap
memegang gelas atau berada di dekat gelas, bisa dipastikan air tersebut
akan tumpah. Mengenalkan warna pun lebih mudah dengan adanya mainan
edukasi ini. Demikian pula dengan daya konsentrasi, alhamdulillah bisa
meningkat. Hilmi tak lagi seperti "kutu loncat".

Berbagai
produk Kadoku Toys mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ada yang
mengenalkan warna, huruf, dan angka. Ada yang melatih motorik sendorik
serta imajinasi. Namun biasanya sebuah produk memiliki beberapa fungsi
yang berbeda, terintegrasi dalam satu produk mainan. Tak heran produk
ini juga cocok untuk melatih konsentrasi dan koordinasi syaraf bagi
anak yang menderita autis.

Menurut Mas Dhanang, Kadoku didirikan
agar setiap anak bisa mendapatkan mainan edukasi di rumahnya. Selama
ini mainan edukasi hanya bisa didapat di TK/SD, tidak dijual umum.
Kini, produk Kadoku Toys bisa didapat di Gramedia terdekat, atau bisa
juga langsung datang ke kantor dan showroomnya di Jalan Paseban, Senen.
Produk ini juga sudah diekspor ke Singapura. Untuk teman-teman sekalian
yang membutuhkan, silakan lihat dulu websitenya di www.kadoku-toys.com.

[Celoteh] Jatuh Lagi

Pagi ini, ketika aku sedang bersalin pakaian..



Dug! Disahut dengan tangisan keras dari Hilmi, anak sulung kami.
Rupanya ia terjatuh dari tempat tidur saat sedang menggeliat. Soalnya
dia punya kebiasaan buruk sih, kalau tidur tak bisa jauh dari kipas
angin. Maka, ketika membangunkannya dari tidur pun cukup mudah, matikan
saja kipas angin dan dia pun pasti terbangun. Begitu pula pagi ini,
mungkin ketika aku mandi bundanya Hilmi sengaja mematikan kipas angin.
Kuhampiri ia segera, istriku pun berlari mendengar tangisannya. Benjol
kepalanya sebesar telur puyuh di sebelah kiri.



Khawatir? Tentu, karena ini sudah kesekian kalinya Hilmi terbentur di kepala. Geli? Agak sih...

Walau berbagai benturan tersebut membuat kami was was, alhamdulillah
berkat izinnya Hilmi tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ia mudah mencerna
kejadian yang ada di sekitarnya. Respon verbal dan motoriknya pun cukup
maju bagi anak seusianya. Kekurangannya satu, daya konsentrasi yang
rendah. Tapi insya Allah kami terus mengupayakan untuk melatihnya.



Terkadang kami heran juga, mengapa ia bisa tumbuh dengan daya kritis
yang cukup besar. Padahal sejak kecil Hilmi adalah anak yang sulit
makan (picky eater). Keengganan Hilmi untuk makan terkadang bertahan
hingga dua hari. Akibat sampingan dari kebiasaannya itu, sembelit
menjadi penyakit langganan, dan microlax menjadi obat yang harus selalu
tercantum dalam daftar belanja kami. Sebagaimana anak lain yang sulit
makan, Hilmi pun sering sakit. Bak terjadwal tetap, penyakit datang
secara berkala. Wajar bukan? Tak mau makan, daya tahan tubuh rendah,
maka tubuh rentan terserang penyakit. Walau begitu, tetap saja Hilmi
tumbuh sebagai anak yang aktif bergerak, penuh celoteh, dan rajin
bertanya pada ayah bundanya.



Alhamdulillah, sekitar 3 bulan ini selera makannya membaik. Awalnya
kami mencoba memberikan Pediasure agar gizinya membaik. Lama kelamaan
selera makannya pun normal, tak lagi sesulit dulu.



Terkadang timbul keinginan untuk membawa Hilmi melakukan pemeriksaan
otak (CT-scan). Namun biaya CT-scan di Balikpapan ternyata cukup tinggi
dibanding ketika kami di Jakarta atau Malang dulu. Kami tak ingin
kejadian demi kejadian yang dia alami menganggu kesehatannya kelak.
Sejauh ini, berdasar pengamatan perilaku dan fisik alhamdulillah Hilmi
masih sehat. Tidak ada keluhan sering pusing, atau muntah, atau sering
marah tanpa sebab. Moga Allah tetap memberi kesehatan padanya.

[Celoteh] Ooh, Ternyata Aku Tinggal di Kalimantan


Alhamdulillah, nikmatnya tinggal di Balikpapan adalah ketenangan
suasana kota kecil yang dihiasi dengan kemudahan teknologi modern.
Istilahnya, Kalimantan itu nggak terbelakang amat, gitu loh.
Nggak jauh beda dengan Malang lah, kota tempat kami tinggal dulu. Mau
ke toko buku dekat, pusat perbelanjaan dekat, tempat kerja dekat.



Satu pagi di hari kerja telepon berbunyi. Ternyata telepon dari bapakku di Jakarta yang ingin berbicara dengan bapak mertua.

"Wah, Bapak lagi jogging Pak," jawabku.

"Lho, emang nggak kerja? Koq pagi-pagi jogging?"

"Ya, kerja. Tapi khan masih nanti. Paling berangkat jam tujuh atau tujuh seperempat."

"Haha, enak donk! Sebelum kerja masih bisa jogging."

Tahu sendiri khan suasana Jakarta. Daerah rumah orang tuaku di Ciganjur
yang dulu tempat jin buang anak pun kini selalu macet di pagi hari.
Keluar rumah jam enam lewat sedikit, pasti akan terjebak kemacetan
sampai Cilandak, Ragunan, hingga Buncit. Jadi nggak ada cerita deh, di
Jakarta bisa jogging dulu sebelum kerja.



Ada lagi satu cerita dari teman istriku. Pertama datang ke Balikpapan
dengan kapal laut. Karena ingin mencari suvenir, ia pun bertanya jalan
ke orang yang ia temui.

"Pak, kalau cari suvenir di mana ya?"

"Keluar pelabuhan aja, lalu naik taksi ke daerah Kebun Sayur. Paling cuma 15 menit."

"Selain taksi nggak bisa Pak? Nggak ada angkutan kota aja?"

Orang yang ditanya terdiam sejenak, lalu menyahut,

"Dek, di sini angkutan kota namanya taksi. Kalo mau naik taksi beneran, namanya taksi argo!"



Dalam perjalanan ke Kebun Sayur pun ia masih terheran-heran dengan
suasana Balikpapan. Sebelah kiri terhampar kilang minyak Pertamina,
sementara di kanan jalan masih hutan lebat.

"Ooh, ternyata Kalimantan itu benar-benar hutan ya?!" serunya dalam
hati. Jelas saja, karena dia melewati hutan lindung dalam Kompleks
Pertamina. Coba kalau lewat kota, pasti akan melewati kota yang hiruk
pikuknya tak kalah dengan kota ukuran menengah di Jawa.



Seorang kawan yang kini anggota legislatif di DPRD Balikpapan pun punya
cerita lain. Awal kuliah di Jakarta, teman-temannya menganggap ia
sebagai orang kaya karena setiap kali ditanya oleh temannya kendaraan
apa yang ia naiki ke kampus ia selalu menjawab taksi!

"Ke kampus naik apa San?" tanya kawannya.

"Naik taksi."



Dua bulan lalu istriku diminta untuk melakukan psikotes di Berau.
Awalnya akan naik pesawat langsung ke Berau, tapi ternyata menjelang
keberangkatan penerbangannya dibatalkan karena masalah teknis.
Terpaksalah ia terbang ke Tarakan. Penerbangan memakan waktu 2 jam.
Dari Tarakan bersama dua orang akhwat lainnya melanjutkan perjalanan ke
Tanjung Selor menggunakan speed boat kecil. Kebayang khan, 2 jam
terbanting-banting di air. Apalagi sama sekali belum pernah melewati
rute tersebut, perjalanan jadi terasa lebih lama.



Tiba di Tanjung Selor ternyata masih harus menyambung lagi dengan naik
mobil selama 2 jam untuk menuju Berau. Kondisi jalan memang mulus, tapi
naik turun bukit yang cukup tinggi. Sepanjang jalan sinar matahari
hanya masuk lewat sela-sela kanopi pohon besar lagi tinggi. Terkadang
melewati perkampungan suku Dayak. Beberapa kali melewati rombongan
beberapa orang suku Dayak membawa busur panah atau sumpit sambil
menggendong hasil buruan.



Tak sadar terucap dari mulutnya, "Ooh, ternyata aku tinggal di Kalimantan beneran ya."

Seluruh penumpang di mobil tertawa mendengar ucapannya.

30 Sept 2005



[Celoteh] Mencari Ridho Allah


"Bunda mau ke mana? Mau kerja ya?" celoteh Hilmi pagi itu.

"Iya Mas, Bunda mau kerja dulu. Insya Allah nanti sore kita main lagi," sahut istriku.

"Bunda kerja mau cari ridho Allah?"

Langkahku terhenti sejenak, sambil menatapnya dengan mata berkaca aku menyahut,

"Iya Mas, insya Allah Bunda akan mencari ridho Allah."

"Ayah juga? Ayah kerja? Cari ridho Allah?" tanyanya lagi.

"Iya, insya Allah," jawabku sambil memeluknya. Erat.



Tak akan pernah kulupa pagi itu, dan pagi berikutnya ketika ia
mengucapkan hal yang sama. Kalimat itu laksana penyemangat dan
pengingat bagi kami, bahwa setiap langkah kami menuju tempat
beraktivitas adalah untuk mencari keridhoan-Nya semata.



Terima kasih Mas Hilmi, atas pengingatmu kepada kami. Insya Allah, setiap langkah kami niatkan untuk mencari ridho-Nya.

26 Jul 2005



[Publikasi] Balikpapan Macet

Rutinitas tiap hari bolak-balik Damai-Sepinggan membuatku jarang melihat suasana "kota" Balikpapan siang hari. Pokoknya hanya pagi ke kantor Sepinggan, siang pulang ke Dam untuk makan siang dan main sebentar dengan dua jundi kecilku, setelah itu kembali ke Sepinggan. Sore pulang ke Dam lagi. Perjalanan dari rumah ke Sepinggan pun hanya butuh 10-15 menit. Lebih sering 10 menit karena kutempuh dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Maklum, belum bisa menghilangkan budaya ingin cepat sampai rumah ala Jakarta.

Rutinitas itu kini berubah. Karena istri ingin diantar dijemput ketika mengajar di sekolah, semakin seringlah aku melihat suasana kota saat siang hari. Pertama lihat, kaget juga. Wah, ternyata di Balikpapan bisa macet juga ya! Semakin sering lewat semakin heran pula. Wah, ternyata sekarang tiap hari Balikpapan macet!

Bagaimana tidak? Pusat pertumbuhan kota tidak dikembangkan ke daerah pinggiran, mungkin satu-satunya usaha yang berhasil dalam membuat pusat pertumbuhan baru adalah Perumahan Balikpapan Baru dengan Mal Fantasi-nya. Selebihnya, keramaian perdagangan, jasa, maupun perkantoran masih terpusat di sepanjang Damai-Klandasan dan Gunung Sari-Rapak. Belum lagi pembangunan beberapa pusat perbelanjaan baru yang kesemuanya terletak tidak jauh dari pusat perbelanjaan yang sudah ada.

Beberapa media lokal juga sempat menyoroti masalah ini. Satu usul menarik dikemukakan oleh Gina Nawangwulan dalam kolom Opini di harian Kaltim Post 16 September. Gina mengusulkan tentang perlunya biaya atas dampak eksternalitas yang dibebankan dalam pengurusan IMB. Kajian tentang dampak eksternalitas itu sendiri mencakup kebisingan, potensi penyebab kemacetan, maupun dampak lingkungan lainnya yang biasa diperhitungkan dalam AMDAL. Hasil dari pengumpulan biaya eksternalitas dapat dimanfaatkan untuk memecahkan daerah rawan macet atau pembangunan daerah secara umum.

Menurut cerita salah satu dosen saya ketika perkuliahan dulu, banyak walikota di Amerika Serikat berasal dari kalangan arsitek atau perencana kota (city planner). Tak heran mereka memiliki perhatian yang besar dalam masalah pembangunan. Mereka tak sembarangan dalam melakukan modifikasi RTRW (rencana tata ruang dan wilayah). Lebih lanjut sang dosen mencontohkan bahwa di Belanda, sebuah daerah yang dikenal dengan nama Kebun Tulip mampu bertahan menjadi sebuah kebun tulip sejak tahun 1700-an hingga saat ini. Di Indonesia? Jangankan lahan kosong semacam kebun, bangunan yang sudah berstatus sebagai bangunan cagar budaya pun dapat dengan mudah dirobohkan, ditukar guling, dikalahkan oleh kepentingan ekonomi.

Pemerintah Kota Balikpapan sendiri tampaknya sudah menyadari bahwa pertumbuhan kota mulai menuju ke arah yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu dalam rancangan RTRW 2005-2010 mulai dibuat strategi untuk memekarkan pusat pertumbuhan kota. Untuk memecahkan masalah kemacetan, salah satunya adalah dengan membangun jalan di pesisir pantai (coastal highway). Menurut gambar rancangan RTRW yang saya lihat di beberapa kesempatan, pembuatan coastal highway akan diikuti dengan reklamasi pantai sejauh 500 meter dari bibir pantai saat ini, sepanjang pantai Klandasan hingga Sepinggan.

Pilihan itu bukannya tanpa risiko, rancangan RTRW 2005-2010 masih belum disahkan oleh DPRD Balikpapan mengingat Pemerintah Kota belum menyerahkan dokumen AMDAL. Kekhawatiran DPRD bukan tanpa sebab, RTRW yang dibuat oleh konsultan dari Semarang itu tampaknya belum memperhitungkan fakta bahwa kota Balikpapan dengan kondisi bibir pantai yang belum berubah saat ini masih rawan banjir. Terutama apabila hujan deras turun bersamaan dengan arus pasang naik, dapat dipastikan daerah-daerah cekungan atau padat penduduk seperti Rapak, pertigaan Antasari-Gunung Kawi, Puskib, Gunung Sari, Terminal Damai akan mengalami banjir. Belum lagi fakta bahwa pusat pertumbuhan ekonomi tetap akan berpusat pada daerah pesisir pantai. Alih-alih memecahkan masalah kemacetan, yang terjadi justru kemacetan yang lebih parah pada daerah Klandasan-Damai serta daerah hasil reklamasi pantai, juga potensi ancaman banjir yang semakin meluas.

Sesungguhnya akar masalah dari timbulnya kemacetan di Balikpapan adalah semakin bertambahnya pengguna kendaraan bermotor milik pribadi. Secara kasat mata dapat kita lihat bahwa mulai tahun 2002 hingga sekarang, jumlah kendaraan semakin bertambah, baik roda empat maupun roda dua. Tak heran apabila saat ini kita seringkali melihat kendaraan baru berpelat nomor putih melintas di jalan-jalan kota ini. Pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi muncul akibat kurang meratanya moda transportasi umum di Balikpapan. Masih banyak daerah yang tidak terjangkau angkutan umum, sehingga warga masyarakat akhirnya memilih untuk membeli kendaraan bermotor.

Moda transportasi umum yang saat ini ada di Balikpapan masih belum dapat memecahkan masalah kemacetan karena kecilnya daya angkut. Sebuah angkutan kota hanya mampu mengangkut maksimal 12 orang. Itu pun belum menjangkau ke seluruh pelosok kota. Apabila Balikpapan ingin disejajarkan dengan kota besar lainnya di Indonesia, atau bahkan di dunia, maka harus dirancang strategi penyediaan moda transportasi massal yang nyaman, berdaya angkut besar, dan terjangkau oleh masyarakat.

Bangkok pernah mendapat julukan sebagai kota paling macet di Asia Tenggara. Berkat kegigihan usaha dari pemerintahnya untuk memecahkan masalah kemacetan maka kini Bangkok menjadi kota yang lebih nyaman untuk ditinggali. Alternatif yang dipilih oleh pemerintah kota Bangkok adalah dengan membangun jaringan kereta bawah tanah. Lain lagi alternatif yang dipilih oleh Malaysia. Mereka lebih memilih untuk mengembangkan jaringan kereta monorel yang memiliki jalur tersendiri di atas tanah. Mirip dengan jalan kereta api di Jakarta yang terletak sekitar 12 meter dari tanah. Monorel di Malaysia dapat kita nikmati sejak turun di bandara internasionalnya hingga Putrajaya dan Kuala Lumpur, dan akan dikembangkan lagi untuk dapat menjangkau daerah lainnya.

Alternatif lain yang mungkin lebih mudah diterapkan untuk Balikpapan adalah dengan meniru Singapura. Negara ini menerapkan biaya yang sangat tinggi untuk kepemilikan kendaraan bermotor. Tidak hanya itu, jumlah kendaraan yang beredar di jalan pun dibatasi. Satu hari untuk kendaraan bernomor polisi genap, hari lainnya untuk yang ganjil. Selain itu, ada pembatasan umur kendaraan sehingga kendaraan berumur tua tidak diperkenankan untuk ada di Singapura. Pembatasan ini juga bersifat mengamankan lingkungan, karena semakin tua kendaraan maka biasanya semakin tinggi emisi gas buangnya.

Balikpapan belum terlambat. Apabila pemerintah kota mempunyai keinginan yang kuat untuk menuntaskan masalah kemacetan maka insya Allah akan dapat diatasi. Jangan sampai kota kita menjadi seperti Surabaya yang tak siap menyandang gelar sebagai kota metropolis, lalai untuk menyediakan angkutan massal yang nyaman bagi masyarakatnya. Dukungan warga masyarakat diperlukan untuk menekan pemerintah agar tidak abai terhadap penyediaan transportasi massal yang layak.

Adhika Bayu Pratyaksa
--arsitek, pemerhati masalah urban--
30 Sept 2005


[Publikasi] Happy Ending Ramadhan Buat Si Kecil


Happy Ending Ramadhan Buat Si Kecil
-Kiat Tumbuhkan Kepedulian Sosial Anak di Bulan Ramadhan-
oleh: Dewi Husnul Khotimah (pengamat anak dan keluarga)
note: tulisan ini sudah dikirimkan ke Tribun Kaltim, tapi belum dimuat-muat

Sebentar lagi kita akan memasuki sepuluh hari ketiga dari bulan Ramadhan. Fase yang dijanjikan oleh Allah sebagai fase pembebasan dari api neraka. Pada saat ini pula keluarga muslim mulai sibuk untuk mempersiapkan datangnya Lebaran. Padahal kebiasaan Rasul dalam menyambut akhir Ramadhan adalah menghidupkan malam dengan ibadah. Allah sendiri menjanjikan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, lailatul qadar.

Masyarakat Indonesia sendiri lebih umum menggunakan kata Lebaran daripada Idul Fitri. Konon, akar kata lebaran berawal dari kebiasaan masyarakat dulu yang terbiasa untuk membeli pakaian baru dalam menyambut Idul Fitri. Agar pakaian yang dibeli ini dapat awet dipakai hingga tahun berikutnya, maka pakaian yang dibeli ini ukurannya lebih lebar atau besar. Hal ini terutama terjadi ketika orang tua membelikan pakaian untuk anak-anaknya. Tradisi ini masih berlangsung hingga kini, hingga lama kelamaan Idul Fitri lebih umum disebut sebagai lebaran.

Tradisi ini dimanfaatkan dengan baik oleh para penggiat ekonomi. Berlomba-lomba toko dan pusat perbelanjaan memberikan potongan harga untuk merangsang daya beli masyarakat yang memang sudah tinggi. Tak pelak lagi, kondisi ini pun membuat anak-anak kita turut terbiasa menuntut pakaian, sepatu atau barang-barang lainnya yang mungkin tidak perlu. Tak jarang masih banyak stok pakaian yang sangat layak pakai di lemari ketika anak kita meminta pakaian baru. Tuntutan anak kita mungkin pula dipicu oleh kebiasaan orang tua menjanjikan hadiah tertentu bagi anak yang mampu menjalankan ibadah puasa. Hadiah sebagai stimulus mungkin dapat dilakukan untuk menumbuhkan semangat pada saat anak masih kecil, namun seiring bertambahnya usia selayaknya orang tua mulai mengajarkan anak untuk mengerjakan puasa demi mencapai keihklasan.

Bagi orang tua yang jeli, Ramadhan merupakan saat yang paling tepat untuk melatih kepedulian sosial anak. Karena pada bulan Ramadhan, selain disyariatkan puasa juga diperintahkan untuk berzakat serta banyak berinfaq shodaqoh. Apalagi saat ini kita dihadapkan dengan berbagai kenaikan harga barang kebutuhan. Belum lagi saudara kita di Kampung Baru yang beberapa waktu lalu terkena musibah kebakaran. Ramadhan tahun ini, benar-benar merupakan saat yang tepat bagi kita untuk mulai berbagi.

Beberapa hal yang perlu diingat oleh kita sebagai orang tua, adalah bahwa Idul Fitri bukan sebuah hari pembebasan yang justru dimaknakan sebagai hari pembebasan dari belenggu Ramadhan. Bukan hanya karena hari itu kita diperbolehkan untuk kembali makan sepuasnya, atau bahkan berbuat sekehendak hati, namun lebih dari itu. Idul Fitri memiliki makna kembali kepada fitrah atau kesucian sehingga tidak selayaknya dikotori dengan berlebih-lebihan dalam makan dan minum maupun ajang pamer bagi jiwa-jiwa mungil dengan busana terkini.

Menghadapi anak yang terbiasa dengan kondisi serba baru pada saat lebaran, orang tua harus memberikan pemahaman makna Idul Fitri kepada anak, bahwa tidak selalu dalam menyambutnya dengan sesuatu yang baru. Tanamkanlah pengertian kepada anak bahwa Ramadhan adalah saat yang tepat untuk berbagi. Luangkanlah waktu untuk berbuka puasa dengan para fakir miskin atau anak2 yatim piatu, atau dengan beranjangsana ke saudara kita di Kampung Baru yang baru tertimpa musibah. Buatlah anak merasakan keberuntungan dirinya dibanding dengan saudara mereka lainnya yang kekurangan. Ini akan membiasakan anak untuk bersyukur dengan apa yang telah dimiliki.

Salah satu kebiasaan kita di bulan Ramadhan dan Idul Fitri adalah berlebihan dalam menyiapkan makanan. Sedikit istimewa mungkin perlu, namun menyediakan berbagai makanan dalam jumlah banyak dapat membuat anak berpikir bahwa Idul Fitri adalah saat untuk makan sepuasnya. Seringkali pada saat hari raya kita mendapati sisa makanan yang tidak sedikit, hingga akhirnya terbuang. Mengantisipasi hal itu, siapkanlah hidangan Idul Fitri sesuai kebutuhan. Apabila rumah kita biasa didatangi oleh sanak keluarga dan kerabat, perhitungkanlah jumlah makanan yang disiapkan secara teliti. Apalagi bila rumah kita jarang didatangi tamu, cukuplah kita persiapkan hidangan dengan jumlah biasa hingga tidak ada kelebihan makanan yang terbuang. Menyiapkan hari Idul Fitri secara sederhana tentu tidak berarti kita menghilangkan nuansa semarak di hati.

Agar anak tidak bosan menunggu waktu berbuka puasa, kita dapat mengajak anak untuk berkreasi menggunakan barang yang tersedia di sekitar. Selain murah dari segi biaya juga merangsang anak untuk berkreasi dengan barang2 yang telah ada atau dengan memodifikasi barang-barang lama yang mulai tidak disukai anak. Misalnya tas lama dapat dimodifikasi dengan memberi pita atau boneka kecil yang dibuat bersama anak. Hasilnya, anak kita memiliki barang yang tampak baru di hari raya dengan biaya rendah.

Kiat terakhir adalah membiasakan untuk tidak membeli pakaian khusus pada bulan Ramadhan atau menjelang Idul Fitri. Salah satu kemuliaan Ramadhan adalah berlipat gandanya balasan atas amal, termasuk amal yang bersifat materi. Selain zakat fitrah, kita dianjurkan pula untuk memperbanyak infaq kepada fakir miskin. Semakin banyak uang yang kita belanjakan untuk membeli pakaian atau kebutuhan sekunder lainnya akan mengurangi jumlah infaq shadaqah yang seharusnya dapat kita keluarkan. Sehingga, semakin berkurang pula kesempatan kita dalam memperoleh balasan pahala yang berlipat ganda.

13 Okt 2005




Sunday, July 2, 2006

Tentang [Ide Usaha]

Satu tag yang tercantum di wargadamai adalah [Ide Usaha]. Mungkin banyak yang mengira semua yang tercantum di sini adalah ide-ide saya mengenai usaha yang bisa menghasilkan uang, atau usaha dalam arti bisnis. Sebenarnya tidak, tag ini tidak hanya dibatasi dalam lingkup itu. Bagi saya, usaha adalah segala hal yang kita lakukan yang bisa memberi manfaat kepada diri kita maupun orang lain. Manfaat ekonomi, bertambahnya ilmu, dan tentu terutama kesempatan beramal sholih.

"Khairun naas 'anfa'uhum linnaas," sabda Rasul saw. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Harapan itu pula yang tercermin dari tag [Ide Usaha]. Harapan agar ide-ide saya bisa bermanfaat bagi orang lain. Semoga